Sektor sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) global menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan talenta perempuan.
Meskipun ada upaya untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di bidang ini, banyak perempuan yang berhenti bekerja dalam waktu beberapa tahun setelah memulai karir mereka.
Masalah ini menjadi sangat mendesak ketika industri di seluruh dunia bergulat dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan akan perspektif yang beragam.
Namun retensi perempuan di bidang STEM bukan hanya soal kesetaraan, namun juga menjaga daya saing dan inovasi dalam perekonomian global yang semakin didorong oleh teknologi.
Sebuah laporan baru, yang dirilis bersamaan dengan Pekan Inklusi Nasional (23-29 September 2024), membahas masalah penting dalam mempertahankan perempuan di bidang STEM.
Laporan tersebut, yang ditulis oleh Lauren Neal, pendiri konsultan Valued at Work, menawarkan wawasan untuk menciptakan tempat kerja yang lebih inklusif dan membendung gelombang keluarnya perempuan dari peran teknis.
Mengakui perilaku organisasi
Laporan ini menekankan pentingnya mengenali perilaku bermasalah dalam organisasi.
Laporan ini menyarankan agar perusahaan fokus pada pemahaman pengalaman orang-orang yang terkena dampak perilaku tersebut, selaras dengan tema Pekan Inklusi Nasional yang bertemakan “Dampak Penting”.
Lauren merekomendasikan untuk menciptakan ruang yang aman, seperti kelompok sumber daya karyawan, tempat staf dapat berbagi pengalaman mereka tanpa takut akan pembalasan.
Laporan tersebut menyatakan: “Penting bagi tokoh-tokoh kepemimpinan untuk berpartisipasi dalam kelompok-kelompok ini untuk menunjukkan dan menawarkan dukungan mereka.”